Pernahkah kamu merasa tidak pernah bisa menjadi jomblo? Atau sering sekali merasa bahwa hubunganmu dengan si pacar sangat rentan untuk berakhir, sehingga kamu sendiri yang harus bekerja keras untuk memastikan hal itu tidak terjadi? Jika iya, mungkin kamu memiliki masalah dengan rasa percaya diri dan berpikir bahwa kamu jauh lebih berarti saat memiliki pacar.
Ada kalanya "aku" lebih penting dari "kita". Percayalah...
Saat berada dalam sebuah hubungan, tidak dipungkiri pasti ada perasaan senang ketika kamu mengatakan "kita", terutama di hadapan orang lain. Misalnya, "kita suka film ini", "kita ke taman waktu akhir pekan", atau "kita makan nasi goreng semalam". Di satu sisi, kamu merasa ini sangat romantis. Seakan-akan kamu bisa pamer kepada teman-temanmu. Namun, di sisi lain, jika kamu sering mengatakan itu, ada tendensi bahwa kedekatanmu dengan pacar jauh lebih penting dari siapa dirimu sebenarnya.
Ada sebuah riset yang melahirkan istilah RCSE atau Relationship-Contingent Self-Esteem (rasa percaya diri yang bergantung kepada sebuah hubungan, dalam hal ini hubungan asmara). Bila kamu memiliki kecenderungan untuk tidak bisa menjadi jomblo dalam waktu lama, selalu membutuhkan pacar, itu artinya kamu mengandalkan ada atau tidaknya kekasih untuk memvalidasi harga dirimu.
Dalam kondisi seperti ini, kamu akan lebih senang berbicara dengan menggunakan "kita" daripada "aku". Mungkin kamu tak sadar, tapi sesungguhnya ini menunjukkan bahwa secara tak langsung kesukaan kalian adalah kesukaanmu. Tapi kamu tidak tahu apa yang kamu sukai bila tidak ada kekasih di sampingmu.
Semestinya kamu bisa melihat dirimu sendiri baik ketika berada dalam sebuah hubungan asmara atau tidak. Kamu tidak sewajarnya menggantungkan identitas dirimu pada orang lain, bahkan menganggap bahwa kebahagianmu tidak lebih penting dari kebahagiaan orang lain. Ada kalanya "aku" itu lebih penting daripada "kita".
Keberadaanmu dan kebahagiaanmu tidak seharusnya ditentukan oleh apa yang terjadi dalam kehidupan asmaramu.
Kamu tidak terlahir langsung memiliki kekasih. Kamu baru mengenal pacaran saat usiamu sudah remaja. Sebelum itu, kamu bisa melakukan banyak hal tanpa berada dalam hubungan asmara. Maka, ketika kamu berpikiran bahwa hidupmu harus didikte oleh ada atau tidaknya pacar, itu adalah sesuatu yang tidak masuk akal.
Bayangkan betapa konyolnya mengandalkan individu lain yang labil untuk memberikan kebahagiaan dan percaya diri kepadamu. Kekasihmu bahkan mungkin tidak tahu apa yang akan dilakukannya setelah lulus kuliah. Sedangkan kamu punya kekuatan untuk menentukan arah hidupmu dan terbebas dari drama.
Menggantungkan betapa berharganya dirimu pada hubungan asmara membuatmu seperti berjalan di jembatan rusak. Kamu tidak akan tahu berapa lama lagi sebelum akhirnya kamu jatuh ke sungai dan terbawa arus. Kenapa? Sebab tidak ada jaminan bahwa kekasihmu tidak akan pernah berubah pikiran dan meninggalkanmu. Namun, yang jauh lebih penting adalah karena kamu seorang manusia yang punya kuasa atas hidupmu.
Percayalah bahwa kamu itu berharga dengan atau tanpa status percintaan.
Tidak ada yang salah dengan memiliki atau menginginkan seorang pacar. Justru yang tidak benar adalah bila status percintaanmu menjadi tolak ukur apakah kamu seorang manusia yang berharga atau tidak. Jika ini yang kamu jadikan patokan, seumur hidup kamu akan berusaha untuk membahagiakan orang lain dan mengorbankan dirimu sendiri.
Hubungan yang baik adalah saat semuanya seimbang. Saat kalian bisa saling memberi dan menerima. Saat kalian saling menghargai satu sama lain. Dan saat kamu tidak selalu merasa insecure dan takut bahwa hubungan kalian bisa berakhir secepat kilat -- dan bahwa itu adalah salahmu.
Padahal, kamu bisa menggunakan energi dan waktumu untuk hal lain yang mungkin kamu tidak tahu bisa membuatmu jauh lebih bahagia. Kamu bisa kejar pendidikanmu, menjadi relawan, belajar menulis novel, atau berwisata keliling Indonesia. Dan asal kamu tahu, kamu menjadi pribadi yang lebih menarik dengan menjadi dirimu sendiri dan melakukan hal-hal positif yang kamu suka.
0 comments:
Post a Comment